Ke Lahan Seledri

Desa Pendem | Kota Batu

Kesempatan pada kali ini, kami melakukan survei di Desa Pendem Kecamatan Junrejo Kota Batu dengan komoditi Seledri pada tanggal 8 April 2018. Seledri atau Apium graveolens adalah tanaman yang memiliki ragam manfaat, khususnya pada industri makanan yakni sebagai bumbu masakan dalam sup dan lalap. Lahan seledri yang kami temukan di Desa Pendem memiliki luas lahan sekitar 800 m persegi yang terdiri dari dua lahan dengan perawatan yang berbeda. Penanaman komoditi seledri di Desa Pendem bisa dikatakan tepat, di karenakan suhu rata-rata pada daerah ini, khusunya Kota Batu secara umumnya adalah 12 - 19 derajat C (Wikipedia, 2018) sehingga masih sesuai dengan syarat tumbuh tanaman Seledri yaitu 12 - 21 derajat C (BPPP, 2011).

Lahan Seledri
Kedua lahan Seledri yang kami amati, ditanam pada bedengan dengan jarak antara bedengan adalah 45 cm. Jarak tanam yang digunakan pada kedua lahan Seledri tersebut adalah 17 cm x 17 cm. Jarak tanam yang digunakan oleh petani setempat masih sesuai dengan rekomendasi dari BPPP tahun 2011 yang menyarankan bahwa jarak tanam Seledri adalah 12 cm - 20 cm. Kesesuaian tersebut tentunya akan berdampak baik terhadap tingkat produksi tanaman, dikarenakan jarak tanam akan mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung. Perbedaan antara lahan Seledri satu dan lahan Seledri dua yang kami temukan adalah masalah tanaman liar. Lahan Seledri kedua terlihat pada hamparan lahan terdapat tanaman liar disela-sela jarak tanam. Pertumbuhan tanaman liar dapat berakibat buruk pada pertumbuhan tanaman sehingga tanaman liar tersebut akan berubah menjadi gulma.

Lahan Seledri Pertama
Lahan Seledri Kedua
Sumber Irigasi
Irigasi pada masing-masing lahan di Desa Pendem memanfaatkan aliran air sungai sekitar yang kemudian dialirkan ke lahan miliki petani. Lahan Seledri yang kami amati sudah memasuki tahap pemanenan kedua sehingga tanaman tersebut diduga memiliki umur 90 HST - 125 HST, karena pada umur tersebut merupakan waktu yang tepat untuk berlangsungnya panen (BPPP, 2011). Pada umur tanaman Seledri tersebut, terdapat beberapa gejala yang diduga merupakan tanda keberadaan OPT.

Diduga Serangan Jamur (A)
Diduga Telur Lepidoptera (B)

Kedua gambar tersebut merupakan tanda yang paling mencolok dan dominan yang kami temukan di lahan Seledri di Desa Pendem. Gambar A menunjukan adanya serangan jamur yang ditandai dengan matinya sel (bagian daun yang berwarna kecoklatan). Tanda yang ditunjukan pada daun tersebut mirip sekali dengan tanda yang ditimbulkan akibat serangan bercak daun Septoria. Gejala awal dari bercak daun Septoria (Septoria apii), pada umumnya di daun tua Seledri terdapat bercak-bercak yang berwarna kecoklatan, yang kemudian akan melebar (Putera, 2008). Sedangkan pada gambar B terdapat telur yang diduga merupakan telur serangga Lepidoptera. Telur tersebut mirip dengan telur dari Spodoptera litura atau ulat Grayak. Berdasarkan penelitian Putera (2008), ulat Grayak memang merupakan hama pada tanaman Seledri. Menurut penelitian tersebut ulat Grayak sangat mudah ditemui apabila memasuki musim kemarau. Namun berdasarkan hasil survei, tidak ditemukan larva dari ulat grayak tersebut dilahan Seledri yang diamati.

Daftar Pustaka

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2011. Petunjuk Teknis Budidaya Seledri. http://hortikultura.litbang.pertanian.go.id/leaflet/JuknisSeledri.pdf. Diakses pada tanggal 13 April 2018.

Putera, C.A.P.P. 2008. Survei Hama dan Penyakit pada Pertanaman Seledri (Apium graveolens L.) di desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lahan Agroforestri di Malang

Ke Lahan Kembang Kol

Kampung Belimbing di Kediri