Ke Lahan Bawang Prei

Desa Torongrejo | Kota Batu

Survei desa kali ini dilakukan pada tanggal 8 April 2018 di Desa Torongrejo Kecamatan Junrejo Kota Batu. Komoditi yang diamati kali ini masih memiliki kesamaan genus dengan tanaman Bawang Merah yakni tanaman Bawang Prei (Allium porum L) . Hampir sebagian besar hamparan lahan di Desa Torongrejo pada bulan April ditanami dengan komoditas ini. Tanaman Bawang Prei hampir memiliki rupa yang sama dengan tanaman Bawang Merah, namun ukuran diameter daunnya lebih besar dibandingkan dengan Bawang Merah pada umumnya dan tidak memiliki umbi. 

Lahan Bawang Prei
Desa Torongrejo merupakan daerah yang memiliki topografi yang miring, sehingga penanaman disana dilakukan pada lahan terasiring. Jarak antara bedengan yang digunakan pada penanaman Bawang Prei yang kami amati berjarak 35 cm dengan jarak tanamnya 20 cm x 20 cm. Jarak tanam yang digunakan pada lahan ini tidak sesuai dengan anjuran BPTP Bengkulu (2015) yang menganjurkan bahwa jarak tanam untuk Bawang Prei adalah 20 cm x 25 cm, 25 cm x 25 cm dan 20 cm x 30 cm. Semakin sempitnya jarak pasti akan menimbulkan pengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap pertumbuhan tanaman Bawang Prei. Jarak yang lebih dekat dapat menyebabkan terjadinya kompetisi unsur hara antar tanaman, selain itu jika tanaman terserang suatu penyakit maka akan mempermudah penyakit untuk menyebar keseluruh bagian lahan terlebih patogen yang menyukai kondisi lembab akibat sempitnya jarak tanam. 

Bunga Tanaman Bawang Prei
Pematang Lahan Bawang Prei
Lahan Bawang Prei yang kami amati telah melebihi waktu panen, yakni berumur sekitar 70 HST. Hal ini diperkuat dengan adanya bunga pada tanaman Bawang Prei di lahan. Menurut BPTP Bengkulu (2015) umur panen Bawang Prei seharusnya adalah 60 HST. Menurut petani setempat, lahan akan dilakukan pemanenan ketika sudah terdapat pengepul yang membeli komoditas yang ditanam oleh petani. Belum adanya pengepul yang membeli, membuat petani belum melakukan pemanenan hingga saat pengamatan dilakukan. Lahan Bawang Prei terlihat bersih dari tanaman liar, namun pada pematangnya terdapat tanaman liar. Tanaman liar ada yang menguntungkan dan tidak pada kegiatan budidaya. Untuk tanaman yang menguntungkan adalah tanaman Refugia, yakni tanaman yang dapat menjadi inang alternatif bagi organisme menguntungkan seperti Musuh Alami. Untuk masalah OPT pada lahan yang kami temui tidak begitu terdapat kerusakan yang mencolok pada hamparan lahan Bawang Prei, hanya terdapat beberapa spot yang terdapat tanda yang diduga serangan OPT.

Diduga Serangan Jamur
Gejala yang ditunjukan pada tanaman terlihat seperti serangan OPT dari patogen jamur. Ciri diatas seperti ciri-ciri dari gejala serangan Layu Fusarium (Fusarium sp). Patogen penyebab Layu Fusarium merupakan patogen tular tanah. Awal mula serangan patogen ini di tandai dengan daun Bawang Prei berwarna kuning, terpilin serta menjadi kerdil. Lambat laun daun tanaman yang terserang akan rebah dan mengalami nekorsis (sel-selnya mati) (Kurruppu, 1999). 

Daftar Pustaka

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. 2015. Kumpulan Informasi Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran. http://bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Buku/kit-sayuran-2015.pdf. Diakses pada tanggal 14 April 2018.

Kuruppu, P.U. 1999. First report of Fusarium oxysporum causing a leaf twisting disease on Allium cepa var. ascalonicum in Sri Lanka. 83:69.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lahan Agroforestri di Malang

Ke Lahan Kembang Kol

Kampung Belimbing di Kediri