Ke Lahan Bawang Merah

Desa Ampeldento | Kabupaten Malang

Kegiatan survei kali ini berlokasi sama seperti pada survei komoditi Kembang Kol, yakni di Desa Ampeldento Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang pada tanggal 21 Maret 2018. Lahan yang kami amati merupakan lahan tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum). Ketika survei ini dilakukan di Desa Ampeldento, keadaan di lahan menunjukkan bahwa komoditi Bawang Merah tidak dipilih oleh kebanyakan petani. Lahan Bawang Merah yang dapat kami temukan hanya menduduki sebagian kecil wilayah di Desa Ampeldento. Bawang Merah tergolong sebagai tanaman semusim (Annual) yang tumbuh tegak dan membentuk rumpun. Tanaman Bawang Merah dapat dipanen ketika sudah berumur antara 50 HST - 55 HST. Menurut Badan Litbang Pertanian Hortikultura, tanaman Bawang Merah cocok untuk ditanam pada bulan April-Mei dan diganti tanaman lain yang berbeda famili, kemudian baru ditanami kembali Bawang Merah pada bulan Nopember-Desember. Selain tu juga dapat ditanami pada bulan April-Mei dengan interval satu bulan diberikan masa istirahat (Bera) pada bulan Juni, Juli-Agustus ditanami kembali dan bulan September-Oktober diistirahatkan, dan ditanami kembali pada bulan Nopember-Desember. Tanggal penanaman tersebut ditujukan pada daerah yang berada pada dataran rendah.
Lahan Bawang Merah
Bawang Merah ditanam pada bedengan dengan jarak antara bedeng 20 cm dengan sumber irigasi berasal dari air sungai. Jarak tanam Bawang merah yang kami amati memiliki ukuran 15 cm x 10 cm. Jarak tanam Bawang Merah pada Desa Ampeldento tidak sesuai dengan saran dari Badan Litbang Pertanian Hortikultura. Menurut Badan Litbang Pertanian Hortikultura ukuran jarak tanam seharusnya adalah 15 cm x 20 cm atau 20 cm x 20 cm. Tentunya jarak tanam suatu komoditi akan berpengaruh terhadap kemampuan tumbuh, walaupun lahan telah bersih dari tanaman liar yang dapat menjadi gulma. Tanaman Bawang Merah, produksinya berada pada bagian umbi yang mana jarak tanam akan sangat berpengaruh terhadap kualitas umbi. Jarak tanam akan berpengaruh terhadap kompetisi nutrisi, dan ruang tumbuh umbi bawang merah. Selain itu kerapatan tanaman juga akan mempengaruhi beberapa OPT untuk menyerang tanaman. 

Lahan Bawang Merah Bersandingan dengan Lahan Kembang Kol
Lahan Bawang Merah Bersandingan dengan Lahan Kosong

Penanaman komoditi Bawang Merah di antara lahan kosong dan lahan Kembang Kol merupakan keputusan yang tepat. Penanaman di antara lahan kosong dan lahan Kembang Kol dapat meminimalisir terjadinya serangan OPT yang tinggi dikarenakan OPT dari Bawang Merah dan Kembang Kol berbeda. Namun pada lahan Bawang Merah yang kami amati terlihat bahwa hampir pada seluruh tanaman mengalami gejala Nekrosis (Matinya sel) pada ujung daun Bawang Merah.

Gejala Nekrosis pada Ujung Daun Bawang Merah
Gejala yang ditunjukkan pada ujung daun tanaman Bawang Merah diduga sebagai gejala awal dari serangan jamur Layu Fusarium (Fusarium oxysporum) atau lebih dikenal dengan istilah Moler karena daun yang mengalami Nekrosis merupakan daun bagian bawah (Daun tua). Namun penyakit ini baru benar-benar bisa dipastikan dengan cara melihat bagian umbinya yang ditandai dengan adanya hifa jamur yang berwarna putih dan umbinya mengalami pembusukan (Udiarto dkk, 2005). Selain yang diduga serangan OPT diatas, tidak ditemukan lagi serangan lain baik penyakit atau hama yang mencolok pada lahan yang kami amati.

Daftar Pustaka 

BPPH. Mengenal Organisme Pengganggu Tumbuhan Bawng Merah dan Musuh Alaminya. http://hortikultura.litbang.pertanian.go.id/Modul%20PTT/Bawang_Merah/OPT%20Bawang%20Merah%20dan%20musuh%20alami.pdf. Diakses pada tanggal 23 Maret 2018.

Udiarto, B.K., Setiawati, W., dan Suryaningsih, E. 2005. Pengenalan Hama dan Penyakit pada Tanaman Bawang Merah dan Pengendalianya. Balai Penelitian Tanaman Sayuran.




Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lahan Agroforestri di Malang

Ke Lahan Kembang Kol

Kampung Belimbing di Kediri