Apa itu Hidroponik?

Hidroponik

Dewasa ini perkembangan zaman di era globalisasi semakin pesat. Pekembangan zaman ini berpengaruh pada berbagai macam aspek kehidupan. Salah satunya adalah kegiatan budidaya yang modern seperti hidroponik. hidroponik merupakan gabungan dari dua kata yakni Hydro yang berarti air dan ponos yang berarti cara, sehingga hidroponik dapat diartikan sebagai cara yang memanfaatkan air dengan berbagai upaya untuk menunjang kebutuhan tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Semakin sempitnya lahan pertanian, membuat hidroponik kini kian digemari oleh kalangan masyarakat, karena hidroponik dapat dilakukan pada lahan yang sempit sekalipun. Hal tersebut dikarenakan banyaknya jenis sistem hidroponik yang fleksibel, dan dapat diterapkan pada berbagai macam kondisi lahan. Menurut Roidah (2014), tingginya minat masyarakat akan bertanam secara hidroponik tidak lepas dari ragam manfaatnya yakni:

1. Keberhasilan tumbuh lebih terjamin
2. Perawatan tanaman menjadi lebih praktis
3. Pemakaian pupuk yang lebih efisien
4. Mempermudah proses penyulaman
5. Tidak membutuhkan tenaga yang lebih
6. Hasil produksi lebih kontinu dari pada di tanah
7. Dapat membudidayakan tanaman diluar musim (Di dalam Green House)
8. Meminimalisir gangguan faktor alam (OPT)
9. Dapat ditanam pada lahan yang sempit

Ketika melakukan budidaya secara hidroponik, ada beberapa hal yang perlu diketahui untuk persiapan memulai penanaman secara hidroponik. Bahan yang perlu disiapkan dalam budidaya hidroponik adalah pupuk seperti AB mix yang terdiri atas 2 pupuk majemuk yang mengandung hara makro (N, P, S, K, Ca Dan Mg) dan hara mikro (B, Cl, Cu, Fe, Mn, Mo dan Zn). Selain itu juga mengetahui tingkat keasamam suatu nutrisi yang normalnya memiliki pH 5,5 - 6,5 untuk budiaya hidroponik (Adam dkk, 2015). Hal yang tidak kalah penting adalah, pembudidaya harus mengetahui cara mengukur tingkat kepekatan dari larutan nutrisi yang di alirkan. Biasanya kebanyakan orang menggunakan ukuran yang tertera pada label larutan nutrisi yang digunakan atau menggunakan bantuan alat seperti TDS dan EC meter.

Nutrisi AB Mix (Lintangsore, 2017)
TDS & EC Meter (Tanamania, 2018)

Media yang dapat digunakan dalam hidroponik juga sangat beragam. Namun pada umumnya media yang praktis untuk digunakan bernama Rockwool. Media ini terbuat dari batuan basa yang dihancurkan dan dibentuk seperti serat. Rockwool memiliki daya serap yang tinggi dalam menyimpan nutrisi tanaman, sehingga membantu tanaman untuk menyediakan nutrisi dengan baik. Selain Rockwool terdapat media lain yang juga dapat digunakan dalam bertanam secara hidroponik yaitu sekam bakar, hydrogel, cocopeat, hydroton, kerikil, dan masih banyak lagi. Masing-masing dari media tanam memiliki kemampuan yang berbeda dalam menyediakan air, sehingga akan menciptakan kesesuaian tersendiri bagi masing-masing tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik. 


Rockwool (Rizal, 2018)

Terdapat berbagai macam sistem dalam metode hidroponik, yakni NFT (Nutrient Film Technique), DFT (Deep Film Technique), Drip Irrigation Ebb and Flow, Floating Raft, Statis Water dan masih banyak lagi. Beragam sistem tersebut terdapat beberapa sistem yang menurut kami cukup sederhana, yakni Statis Water dan Floating Raft. 


Statis Water (Kurnia, 2017)
Floating Raft (Hidroponik, 2016)

  • Statis Water atau air tenang merupakan sistem yang paling mudah. Statis Water hanya memerlukan nutrisi, wadah, media dan benih untuk memulai sistem ini. Cara memulai sistem hidroponik Statis Water diawali dengan meyiapkan wadah sesuai dengan kebutuhan benih yang akan ditanam, kemudian wadah tersebut diisi dengan nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. Jika wadah sudah siap, letakan media yang telah berisi benih yang telah berkecambah dan letakan pada daerah yang terkena sinar matahari. Walaupun sangat praktis dan mudah, pada sistem ini terdapat kelemahan, yakni pada umunya nutrisi yang terdapat wadah nutrisi akan menggumpal sehingga tanaman tidak mampu menyerap secara optimal dan akhirnya pertumbuhanya tidak maksimal.
  • Floating Raft atau rakit apung adalah sistem hidroponik yang murah dan efisien menurut kami. Floating Raft hampir sama dengan sistem Statis Water, hanya saja pada sistem ini terdapat aerator dan biasanya juga menggunakan pompa air serta sterofoam yang mengambang diatas nutrisi dan berguna sebagai lubang tanam. Keberadaan aerator dalam sistem ini dapat mencegah terjadinya penggumpalan nutrisi sehingga tanaman dapat menyerap dengan optimal dan memberikan udara tamabahan bagi perakaran. Selain itu juga terdapat pompa yang dapat menjaga siklus air sehingga mebantu mengedarkan nutrisi secara merata pada seluruh tanaman.
Daftar Pustaka

Adam, C.R., Early, M.P., Brook, J.E. and Bamford, K.M. 2015. Priciple of Horticulture. Routledge, London. Hlm 227.

Hidroponik. 2016. Hidroponik Sistem Rakit Apung. http://www.hidroponik.web.id/2016/10/21/hidroponik-sistem-rakit-apung/. Diakses pada tanggal 28 Maret 2018.

Kurnia, I.A.M. 2017. Cara Menanam Hidroponik dengan Media Air. https://distan.bulelengkab.go.id/artikel/cara-menanam-hidroponik-dengan-media-air-32. Diakses pada tanggal 28 Maret 2018.

Lintangsore. 2017. Cara Mengaplikasikan Nutrisi Hidroponik AB Mix. https://www.lintangsore.com/2017/02/nutrisi-hidroponik-ab-mix.html. Diakses pada tanggal 28 Maret 2018.

Rizal. 2018. 10 Jenis Media Tanam Hidroponik yang paling Populer. http://pesonataman.com/hidroponik/jenis-media-tanam-hidroponik-yang-paling-populer/. Diakses pada tanggal 28 Maret 2018.

Roidah, I.S. 2014. Pemanfaatan Lahan dengan Sistem Hidroponik. Jurnal Universitas Tulungagung Bonoworo. 1(2): 43-49. 

Tanamania. 2018. Fungsi TDS Meter untuk Tanaman Hidroponik. https://www.tanamania.com/tds-meter/#z. Diakses pada tanggal 28 Maret 2018.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lahan Agroforestri di Malang

Ke Lahan Kembang Kol

Kampung Belimbing di Kediri